Tari Menyang: Dari Relief Borobudur Menuju Panggung Inspirasi

Table of Contents

 


Di balik gemerlap panggung penghargaan, ada sebuah tarian yang membawa pesan mendalam tentang perjalanan, harapan, dan kebanggaan budaya. Tari Menyang, yang berarti “berangkat” dalam bahasa Jawa, bukan sekadar gerakan indah di atas panggung. Ia adalah jembatan antara masa lalu dan masa depan, menghubungkan generasi muda dengan warisan leluhur yang sarat makna.

Jejak Filosofi dari Relief Borobudur

Tari Menyang lahir dari inspirasi relief kapal Samudraraksa di Candi Borobudur. Kapal ini bukan hanya simbol transportasi, tetapi representasi teknologi dan keberanian nenek moyang yang mampu mengarungi samudera luas. Filosofi ini mengajarkan bahwa setiap perjalanan membutuhkan tekad, kerja sama, dan inovasi—nilai yang tetap relevan di era modern.

Lebih dari Sekadar Seni Pertunjukan

Keunikan Tari Menyang terletak pada perannya sebagai media edukasi sejarah. Para penari, yang sebagian besar adalah pelajar, tidak hanya belajar gerakan, tetapi juga memahami cerita di baliknya. Dengan demikian, seni tari menjadi sarana pembelajaran kontekstual yang menyenangkan, sekaligus memperkuat identitas budaya.

Generasi Muda dan Ruang Kreativitas

Sanggar Pari, penggagas Tari Menyang, membuktikan bahwa seni dapat menjadi wadah pengembangan diri. Metode pengajaran yang ramah dan berbasis kurikulum membuat pelajar merasa nyaman, sekaligus menumbuhkan kepercayaan diri. Di tengah rutinitas sekolah, sanggar menjadi ruang alternatif untuk menyalurkan bakat dan membangun jejaring sosial yang positif.

Makna yang Tak Lekang oleh Waktu

Mengapa Tari Menyang bisa disebut evergreen? Karena pesan yang dibawanya universal: perjalanan menuju tujuan. Baik dalam konteks sejarah, pendidikan, maupun kehidupan sehari-hari, setiap orang sedang “menyang”—berangkat menuju cita-cita. Nilai ini akan selalu relevan, kapan pun dan di mana pun.

Post a Comment